PROYEK GRAVITASI AIR DI DLINGO


Dlingo : Kr Jogja : Proyek gravitasi pemanfaatan sejumlah sumber mata air di Desa Mangunan Dlingo berhasil membebaskan 439 kepala keluarga (KK) dari krisis air minum. Dari sejumlah dusun kawasan kritis air pada musim kemarau, lima di antaranya sejak 2008 tak lagi membeli air. Semua kebutuhan air bisa dipenuhi dari proyek tersebut. "Padahal dulu warga Kanigoro Mangunan ini tiap kemarau panjang harus membeli air bersih dari pedagang," kata petugas operasional dan pengelola air bersih distribusi Desa Mangunan, Lasiman.

Bantuan untuk memanfaatkan air bersih dari sumber air ada dua titik, di Kompleks Kantor Desa Mangunan serta Dusun Sukorame. Di Kompleks Kantor Desa Mangunan mendapat bantuan Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Pemukiman Berbasis Komunitas (Rekompak) atau Java Reconstruction Fund (JRF) melalui bantuan dana lingkungan sebesar Rp 250 juta dengan swadaya masyarakat sebesar Rp 4.100.000. Proyek yang dilaksanakan dengan sistem swakelola ini membangun 8 buah hidrant umum (HU) yang pendistribusian air bersih itu dilakukan dengan sistem gravitasi. "Sebelum disuplai kepada masyarakat, air dari sumber diangkat dengan generator set (genset) untuk ditampung di bak. Baru setelah itu didistribusi kepada masyarakat dengan sistem gravitasi ke masing-masing hidrant umum.

Khusus dari sumber air sekitar Kompleks Kantor Desa Mangunan, lanjut Lasiman, wilayah suplainya ke Dusun Kanigoro dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 89 KK. Dua tahun dioperasikan untuk memenuhi kebutuhan air minum bagi warga hingga kini tidak ada masalah. Namun, perlengkapan hidrolik otomatis klep yang mengatur kelancaran air sering macet. Akibatnya berdampak pada kapasitas daya tampung masing-masing bak di hidrant umum . "Karena fungsi otomatis hidrolik klep sering macet, saat HU tidak dipergunakan warga, airnya banyak yang terbuang," imbuhnya.

Sedangkan di dua dusun, yakni, Sukorame dan Lemahabang Desa Mangunan sudah dua tahun ini gravitasi air dari sumber setempat ke rumah-rumah warga cukup lancar. Bahkan pada 2008 lalu mendapat bantuan proyek Pengembangan Saluran Drainase Pemkab Bantul senilai Rp 239,5 juta. Sedangkan tahun 2009 melalui PNPM Mandiri sebesar Rp 21 juta. Ketersediaan air bersih cukup melimpah dan masing-masing warga berswadaya membeli selang sendiri. "Sudah beberapa tahun ini masalah air di dua dusun tidak ada masalah bahkan kemarau panjang pun tak pernah kesulitan air," jelas Mujimin.

0 Melu Omong:

Posting Komentar

Saksampunipun Maos Nyuwun dipon Unek-Unekken